Minggu, 17 Mei 2015

PETERNAK HARUS MAMPU MENJUAL

Pertanyaan paling sering saya temui ketika ada tamu berkunjung ke sekretariat kelompoktani Sawung Maju adalah : "Apakah kelompoktani Sawung Maju bersedia menampung hasil panen ayam KUB untuk dipasarkan ?" Saya sering merasa prihatin dengan pertanyaan semacam ini, pertanyaan yang mengandung kekhawatiran dan ketidakmampuan untuk menjual hasil produksi. Padahal  ayam kampung adalah komoditas yang mudah dijual karena citarasa dagingnya digemari banyak orang. Mengapa pengusaha Indonesia berdarah Tionghwa lebih mampu menjual produknya ? Mungkin informasi berikut dapat bermanfaat bagi anda.

Beberapa kekurangan kita dibanding mereka antara lain :
1. Kebiasaan berdagang sudah ditekuni sejak lama, bahkan terkadang sejak kanak-kanak telah terbiasa membantu orang tua berdagang.
2. Umumnya petani kita hanya enggan menawarkan produknya, lebih senang menunggu pedagang pengumpul mendatangi kita untuk membeli barang yang kita hasilkan. Pedagang Tionghwa bersifat proaktif dan mau jemput bola.
3. Tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Kerja keras, ulet dan tahan uji
5. Sempatkan mencatat dan mengontrol barang dagangan.
6. Hemat dan penuh perhitungan dalam pengeluaran uang
7. Sebagian keuntungan untuk pengembangan modal
8. Selalu memperluas relasi dan berusaha mengenal karakter konsumen.
9. Cermat dalam perencanaan dan berani mengambil resiko/spekulasi
10. Mengupayakan pemilikan dan ketersediaan sarana transportasi
11. Efisien dalam penggunaan sarana transportasi, berangkat membawa barang untuk dijual, pulang membeli kebutuhan toko.
12. Membina jaringan komunikasi perdagangan
13. Menjaga keramahan terhadap konsumen.
14. Melayani konsumen yang datang lebih awal dan menghindari terjadinya antrian panjang
15. memberi layanan antar barang
16. Diversifikasi usaha
17. Gencar dalam promosi.
18. Tidak takut untuk bersaing
19. Berusaha tepat waktu dan taat terhadap perjanjian dengan konsumen
20. Menghargai jasa perantara yang mampu memberi peluang order bisnis.
21. Menjaga hubungan harmonis dengan karyawan, namun tak segan memberi sangsi tegas terhadap karyawan yang melakukan kesalahan berat.
22. Untung sedikit tetapi omzet besar, sehingga perputaran barang cepat.
23. Memberi discount terhadap konsumen yang membeli dalam jumlah besar.
24. Anggota keluarga terlibat dan mengetahui seluk-beluk bisnis yang dilakukan.
25. Subsidi silang antara barang kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder
26. Memberi layanan kredit dengan pembayaran maksimum pada awal bulan atau akhir bulan.
27. Cepat dalam menangkap peluang dan direalisasi secara cepat pula
28. berusaha memberi informasi yang benar tentang kualitas barang yang akan dibeli konsumen.
29. Saling membantu dilingkungan keluarga maupun di kalangan relasi bisnis.
30.  Menjaga kuat rahasia bisnis terhadap pihak luar.
31. Menerapkan pola pikir sederhana, tidak membuat rumit keadaan.
32. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tidak hanya pasrah terhadap keadaan.
33. "Kegagalan" adalah bagian dari proses belajar sehingga tidak takut untuk mengulang.
34. Saling membantu sesama relasi bisnis yang dipercaya.
35. Menjaga kepercayaan yang diberikan oleh orang lain.
36. Fokus terhadap bisnis yang ditekuni.
37. Kreatif mencari solusi pemasaran.
38. Tidak pernah menganggap remeh konsumen dengan order kecil, karena besok bisa saja konsumen tersebut datang membeawa order sangat besar.
39. Berusaha mendobrak kebuntuan pemasaran
40. Peduli terhadap  merk dagang dan kemasan yang baik dan higienis.





MENGAPA HARUS VAKSINASI ?

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ND, Gumboro, maupun AI. Satu-satunya cara yang efektif untuk melakukan tindakan pencegahan ialah melakukan vaksinasi, yaitu memberi dan meningkatkan ketahanan tubuh sejak usia dini dan dilakukan secara terjadwal. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus sering kali menimbulkan angka kematian hingga 80-90%. Harga vaksin ND hanya Rp 14.000 per 200 ekor, atau setara dengan Rp 70,- per ekor, vaksin Gumboro A Rp 18.000 per 100 ekor atau setara Rp 180,- per ekor. Untuk vaksin Gumboro B agak lebih mahal yaitu Rp 20.000 per 100 ekor atau setara Rp 200,- per ekor. Seandainya kita memiliki 30 ekor induk, maka biaya yang dibutuhkan untuk melakukan vaksinasi tidaklah terlalu mahal, tetapi jika tanpa vaksinasi kemudian terserang penyakit hingga mengalami  kematian induk dalam jumlah 
yang tinggi,maka dapat kita hitung kerugian yang kita alami. Kalau harga induk rata-rata Rp 70.000 / ekor, maka 90% X 30 induk X Rp 70.000  = Rp 1.890.000,-. melalui perhitungan tersebut anda dapat menentukan pilihan, mengeluarkan biaya Rp 14.000 atau kehilangan Rp 1.890.000,-.....




   Gb 1. Petugas Poskeswan Kecamatan Berbah mengajarkan cara vaksinasi yang benar

 Gb 2. Mencoba melakukan vaksinasi

Gb 3. Vaksinasi dari rumah ke rumah


KENAPA MEMILIH AYAM KAMPUNG ?

Jawabannya sederhana saja, ayam kampung itu satu-satunya ternak yang bisa dibudidayakan dengan biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat kecil. Kita bisa mulai dari memelihara beberapa indukan. Kalau tak ada uang untuk beli indukan ya beli saja ayam dara dan dibesarkan hingga jadi induk produktif. Ayam dara masih dirasa mahal dan tak terjangkau ? Anda tinggal membeli DOC atau anakan yang harganya jauh lebih murah dibanding ayam dara. Harga DOC masih tinggi ? itu masalah mudah, anda tinggal berkeliling untuk membeli telur tetas dan dititipkan untuk dierami oleh induk ayam milik sanak saudara atau tetangga. Inilah istimewanya ayam kampung. Jadi sebenarnya modal utama untuk beternak kampung bukanlah uang, tetapi tekad dan semangat yang kuat.
Ayam kampung bisa dipelihara di mana saja, dari lahan pantai hingga ke lereng pegunungan, cocok untuk kehidupan dan perkembangbiakan ayam kampung. Tak perlu khawatir tentang pemasarannya, karena citarasa daging sangat digemari masyarakat. Dwi Marwanto, SE mengungkapkan bahwa sejak dulu kita sering mendengar wabah penyakit yang banyak menimbulkan kematian bagi ayam kampung, tapi ayam kampung tetap handal dan tak pernah punah, bagaikan mati seratus beranak seribu. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering menyebabkan terjadinya angka kematian tinggi pada ayam kampung, antara lain ND (tetelo), Gumboro, dan Avian Influenze (AI). Namun saat ini kita dapat melakukan tindakan pencegahan melalui vaksinasi. Vaksin ND dan gumboro mudah dibeli di kios penjual sarana produksi peternakan.
Jenis ayam kampung yang tergolong ayam asli Indonesia antara lain ayam Kedu, ayam Pelung, ayam Sentul,  Para peneliti di Balai Penelitian Ternak bahkan berhasil melakukan persilangan antara beberapa jenis ayam lokal Indonesia, dan setelah melakukan seleksi selama 6 generasi, hasil penelitian tersebut dikenal dengan Ayam Kampung Unggul Balibangtan (KUB). 

 Ayam KUB
- Merupakan hasil seleksi genetik yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Ternak.
- Warna bulu beragam sebagaimana umumnya ayam kampung
- Cita rasa dan kualitas daging tidak berbeda dengan ayam kampung biasa.
- Sifat mengeram sudah dihilangkan hingga 90%, sehingga produktivitas telur mampu mencapai 140-160 butir/tahun.
- Bertelur pertama kali pada umur 5-5,5 bulan.
- Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi
- Pada umur  70 hari dapat mencapai bobot hidup 0,8 - 0,9 kg. Konsumsi pakan selama 70 hari berkisar antara 2 kg/ekor. 



 Seksi Usaha dan Pemasaran     :  
- Dwi Marwanto, SE                     (HP 0813 2805 8292)
- Suyatin                                     (HP 0878 3937 6460)

MENGENAL KELOMPOK TANI SAWUNG MAJU

Pada tahun 2013 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta akan mengembangkan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) di D.I Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi, desa Jogotirto dinilai memiliki potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang dapat mendukung pengembangan ayam KUB. Selanjutnya masyarakat di Padukuhan Karongan Desa Jogotirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman D.I Yogyakarta, yang sebelumnya juga telah terbiasa memelihara ayam kampung sepakat membentuk Kelompok tani Sawung Maju, dengan jumlah anggota 15 orang yang bergerak dalam bidang budidaya ayam KUB. Mulai berdiri April 2013 dan dikukuhkan menjadi kelompoktani kelas pemula pada 30 Januari 2014.
Diawali dengan memelihara 300 ekor anakan kualitas parentstock umur 1 bulan  yang selanjutnya menjadi 228 induk dan 68 pejantan, total populasi indukan kini telah berkembang menjadi 900 ekor yang tersebar di seluruh anggota. Pemilikan indukan per anggota bervariasi antara 20-75 ekor, dengan jumlah pejantan 20% dari populasi Induk (sex ratio 1 : 5). Sejak 2013 hingga 2014 pendampingan teknologi dilakukan oleh BPTP Yogyakarta.
Ketua Kelompoktani Sawung Maju, Sumarjo, menyampaikan bahwa kegiatan utama dari kelompok ini adalah penjualan anakan umur 1 hari yang dikenal dengan istilah Day Old Chicks (DOC) Produksi DOC saat ini baru mencapai 400-500 ekor per minggu. Proses penetasan menggunakan mesin tetas sederhana yang telah mampu dibuat sendiri oleh anggota Kelompoktani. Total mesin tetas ada 35 buah, dengan rata-rata pemilikan 2-3 buah mesin tetas per anggota. Kapasitas mesin tetas bervariasi antara 100, 200, 400 butir. Sekitar 2-3 bulan mendatang diharapkan produksi telur akan meningkat seiring dengan berproduksinya calon induk yang ada. Kelebihan DOC yang tidak terjual dipelihara oleh anggota kelompoktani untuk dibesarkan selama 70 hari sampai mencapai ukuran konsumsi dengan bobot 0,9-1,0 kg. (RudyHarwono)
                       
Gb 1. Sekretariat Kelompoktani Sawung Maju desa Jogotirto Kec. Berbah Sleman

Gb 2. Pembesaran ayam KUB umur 70 hari siap panen
Gb 3. Anak Ayam dalam kandang box sampai umur 4 minggu

Gb 4. Ketua Kelompoktani Sawung Maju, Sumarjo, menjelang wawancara dengan salah satu stasiun TV


- Seksi Usaha dan Pemasaran     :  
- Dwi Marwanto, SE                     (HP 0813 2805 8292)

- Suyatin                                        (HP 0878 3937 6460)

PROFIL KELOMPOK TANI SAWUNG MAJU DESA JOGOTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN

Kelompoktani Sawung Maju beranggotakan 15 orang peternak ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB), beralamat di Padukuhan Karongan Desa Jogotirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman D.I Yogyakarta. Berdiri  tanggal 11 Mei 2013, dan dikukuhkan menjadi Kelompok tani Kelas Pemula pada 30 Januari 2014. Pengurus Kelompoktani Sawung Maju terdiri dari Sumarjo (Ketua ), Syaefudin Zuhri, SIP, M.Eng (Sekretaris),  Wawan Widianto, SP (Bendahara), Sigit Prayitno, Suyatin (Seksi Kesehatan Ternak),Ngatija, Tinggal agung (Seksi Humas), Suhartono, Said Abdilah (Seksi Penetasan), adapun Seksi Usaha dan Pemasaran ialah Dwi Marwanto, SE (HP 0813 2805 8292), dan Suyatin (HP 0878 3937 6460). Pembina dari kegiatan ini adalah Aris Warsito dan  Sunglen Yasir. Penasehat Teknis : Ir. Rudy Harwono, MP  

Visi  : 
Mewujudkan petani terampil dan mandiri berbasis sumberdaya lokal

 Misi :
-  Meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam usahaternak ayam KUB               - Meningkatkan  pendapatan keluarga peternak,
Meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani  dalam pemasaran dan pasca panen ayam KUB            

Bidang usaha yang dipilih adalah budidaya Ayam KUB, khususnya Penjualan DOC Ayam KUB, Penjualan anak Ayam KUB (Umur 2 minggu, 3 minggu,dan Umur 4 minggu), Pembesaran dan penjualan ayam ukuran konsumsi, Penjualan daging ayam KUB. Penjualan produk olahan berbasis daging ayam KUB, dikelola oleh ibu-ibu KWT Sawung Maju (Ayam Goreng kremes dan Ayam Ingkung). Selain itu Kelompoktani Sawung Maju juga memasarkan mesin tetas buatan sendiri.


Populasi Ternak
Dari 220 induk di tahun 2013, kini jumlah induk yang ada di Kelompoktani Sawung Maju ada 900 ekor, dengan pemilikan ternak per anggota yang berkisar antara 20-75 ekor induk dan 4-12 ekor pejantan.  Pengembangan jumlah induk akan terus dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.

Gambar 1. Pembangunan kandang tahun 2012

Gambar 2. Ayam KUB milik salah satu anggota kelompoktani Sawung Maju

Gambar 3. Bupati Sleman, Drs H Sri Purnomo, M.Si, didampingi Widi Sutikno Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman, dan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta, Dr. Sudarmaji ketika singgah untuk melihat aktivitas  kelompoktani Sawung Maju